|*V.O.D*|~Brother'z~RN*

Jumat, 27 Januari 2012

tugas resume buku wawancara konseling

Daftar isi
Bab 1. Ruang Lingkup Konseling
          Tujuan kinseling
          Siapa yang harus dilayani
          Syarat-syarat konseling
          Asas-asas konseling
Bab 2. Teknik-teknik konseling (verbal dan nonverbal)
          Teknik konselin vebal
          Teknik konseling nonverbal
Bab 3. Teori konseling
          Konseling bersifat klien (Client-Centered Counseling)
          Konseling sifat dan  factor (Trait-factor Counseling)
          Konseling behavioristik
          Terapi emotif rasional (rational emotive Therapy)
          Elektrik
          Rangkuman teori  dan contoh
Bab 4. Lingkungan kerja wawancara konseling
          Hubungan awal
          Penjelasan  masalah
          Penggalian masalah
          Penyelesaian masalah
          Hubungan akhir
          Tidak lanjut
BAB I
RUANGLINGKUP KONSELING
          Pendidikan disekolah selalu terkait dengan perkembangan peserta didik, baik taraf akademik maupun non akademik. Dalam sekolah peserta didik berlomba mengejar nilai akademiknya dan mengembangkan kepribadiannya. Peserta didik remaja akan mencari keseimbangan dalam dirinya, terkadang ia tidak tahu caranya. Dan sering ditemukan konflik untuk mencari keseimbangan itu, kadang kala peserta didik tidak mampu mengatasinya, maka ketika di sekolah guru sebagai pendidik yang baik harus bias membantu menyeimbangkn peserta didik baik secara akademik maupun non akademik.
          Memberikan nilai-nilai kognitif lebih mudah bagi guru dari pada mendapingi peserta didik untuk pembentukan kepribadiannya. Sekolah harus ada wadah bagi peserta didik agar ia bias membagikan konflik-konflik pribadinya, pengalaman, perasaan dan perasaan-perasaannya. Guru wajib mendampingi siswa yang sedang menghadapi masalah, dan proses selanjutnya guru akan mengadakan konseling. Dalam waktu wawancara konseling, tentu guru harus menguasai pendekatan-pendekatan yang tepat sesui dengan konteks masah bagi siswanya. Siswa yang dapat bermasalah disebut konseli dan pelaksanaan konseling di sekolah adalah BK (konselor disekolah).
          Beberapa definisi konseling menurut para ahli :
-     Menurut burk dan stefflre (dalam McLeod, 2008: 13)
Konseling mengidentifakasikan hubungan propesional antara konselor terlatih dengan klien.
-     Ensiklopedi pendidikan (1980: dalam winkell, 1991: 64)
Konseling adalah suatu usaha dari pihak pimpinan suatu lembaga pendidikan untuk membantu siswa-siswa secara perorangan agar dapat mengatasi masalah yg berhubungan dengan study kemasyarakatan, mereka secara optimal mencapai penyelesaian yang selanjutnya juga akan mengakibatkan tercapainya hasil maksimal dari sftudy perkembangan social.
-     Mapiare (1984, dalam winkell, 1991: 64)
Konseling adalah serangkaian kegiatan pokok bimbingan dalam usaha membantu klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
          Konseling merupakan komonikasi antar pribadi, proses yang harus dilayani yang bersifat psikologis. Dari beberapa pengertian konselor diatas dapat kita tarik kesimpulan yaitu konseling ialah sebuah proses wawan cara yang tujuannya untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang dilayani dapat lebih berkembang dalam kehipannya.
TUJUAN KOSELING
1.      Pemahaman. Pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional mengarah pada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih lebih rasional dari pada perasaan dan tindakan.
2.    Hunbungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan dengan bermakna.
3.    Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap perasaan dan  pemikiran yang selama ini ditahan atau ditolak.
4.    Peneriman diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, ditandai dengan kemampuan dan pengalaman yang menjadi subjek kritik dan penolakan.
5.    Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tidak bias diselesaikan oleh konseli sendiri.
6.    Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelunya bertentangan.
7.    Pendidikan psikologi. Membuat konseli mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tinngkah laku.
8.    Keterampilan social. Mempelajari dan menguasai keterampilan social dan interpersonal.
9.    Perubahan kognitif. Mengganti kepercayaan yang irasional dan pola piker yang  tidak  dapat di adaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancur.
10.                        Perubahan tingkah laku. Mengganti perilaku yang maladaptive
11.                        Perubahan system. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya system social.
12.                        Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan
13.                        Restitusi. Membantu konseli membuat perubahan   kecil terhadap perilaku yang merusak
14.                        Reproduksi dan aksi social. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan  kapasitas untuk peduli kepada orang lain.
SIAPA YANG DILAYANI ?
            Tugas pokok seorang guru adalah pelayanan total pada seluruh siswa. Berbagai macam karakter, suku, tingkat ekonomi yang berbeda, usia, penampilan, dan tingkat kemampuan hal akademik akan di remukan guru di sekolah.sebagai guru propesional guru itu harus bias melayani semua siswa-siswanya.
Jika dilihat pada orang yang dibantunya, proses konseling membatasi beberapa hal (winkell, 1991 : 67)
1.      Orang yang sudah mencapai umur tertentu bias sadar akan tugas-tugasnya. Tanpa adanya kesadaran, pelayanan tidak akan tercapai.
2.      Orang harus bias menggunakan pikiran dan kemauan sendiri sebagai manusia yang berkehendak bebas dan harus bebas dari keterikatan yang keterlaluan pada perasan-perasaannya sendiri agar tidak terbawa pada perasaan-perasaannya sendiri.
3.      Orang harus rela memanfaatkan pelayanan bimbingan dalam proses konseling.
4.      Harus ada kebutuhan objektif untuk  menerima pelayanan bimbingan.
SYARAT-SAYARAT KONSELING
Syarat-syarat yang harus di penuhi oleh guru (konselor) dan siswa (konseli), menurut winkell (1989:87-88) yaitu :
1.      Di pihak konselor
a.      Tiga sikap pokok, yaitu menerima (acceptance), memahami (understanding), dan sikap bertindak dan bersikap jujur. Sikap menerima berarti konselor menerima pendapat/perasaannya/ perbuatannya. Memahami berarti konselor harus bias menangkap dengan jelas hal-hal yang diungkapkan oleh siswanya. Sedangkan bertindak dan bersikap jujur berarti konselor tidak berpura-pura sehingga siswa semakin percaya pada konselor.
b.      Kepekaan terhadap apa yang ada dibalik kata-kata yang diungkapkan oleh konseli. Bertujuan agar dapat membantu konselor dalam mendapatkan data-tata.
c.       Kemampuan dalam hal komonikasi yang tepat (rapport). Konselor mampu memahami ungkapan konseli.
d.      Memiliki kesehatan jasmani dan mental yang sehat.
e.      Wajib menaati kode etik jabatan sesuai dengan  yang telah disusun dalam konvensi bimbingan I.

2.      Di pihak konseli
a.      Motivasi keinsafan akan adanya suatu masalah, kesediaan untuk mengungkapkan masalah dengan tulus, jujur, dan adanya kemauan untuk mencari pernyelesaian.
b.      Keberanian untuk mengungkpan data-data yang ada dalam diri konselor akan lebih mudah memahami/mengenal konseli secara mendalam.
Agar proses konselingnya lancer, konselor harus memahami, syarat-syarat diatas.
ASAS-ASAS DALAM KONSELING
Menurut Winkell (1989:301-302), pelayanan konselor terhadap konseli bercorak membantu dan dibantu (helping relationship), dikelola secara formal dan professional, yang harus di perhatikan berbagai asas-asas yang harus dipahami bersama  yaitu :
1.      Bermakna,
2.      Mengandung unsure koknitif dan afektif karena konselor dan konseli berpikir bersama.
3.      Berdasarkan sikap saling percaya dan saling terbuka.
4.      Berlangsung atas dasar saling percaya memberikan persetujuan, dalam arti konseli memberi persetujuan terjadimya komonikasi secara suka rela dan konselor menerima permintaan dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan professional.
5.      Terdapat suatu ke butuhan tehadap konseli, yang diharapkan terpenuhi melalui wawancara konseling
6.      Terdapat komonikasi dua arah, dalam arti konselor dan konseli saling menyampaikan pesan atau saling menyampaikan berita, baik dari saluran verbal maupun nonverbal.
7.      Mengandung strukturalisasi, dalam arti komonikasi secara tidak langsung apa adanya, seperti lazimnya komonikasi social nonprofessional.
8.      Berdasarkan kerelaan dan usaha untuk bekerja sama dengan tujuan yang disepakati bersama tercapai.
9.      Mengarah pada suatu perubahan pada diri konseli.
10.  Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti konseli yakin dengan ketulusan konselor membantunya, sehingga keterbukaan konseli tidak akan disalah  gunakan.




















BAB II
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
(VERBAL DAN NONVERBAL)

Dalam wawancara konseling, konselor harus memiliki teknik khusus agar pertanyaan dan pernyataan diberikan konselor kepada konselidapat menghipnitis konseli untuk semakin terbuka. Untuk itu konselor haru menguasai teknik verbal dan nonverbal.
Teknik Konseling Verbal
Menurut winkell (1991:316) teknik konseling verbal adalah tanggapan-tanggapan verbal yang diberikan konselor, yang merupakan perwujudan konkret dari maksud pikiran, prasaan, yang terbentuk dalam batin konselorunntuk membantu konseli dalam waktu tertentu. Teknik-teknik konseling secara verbal adalah sebagai berikut (winkell, 1991:316) :
1.      Ajakan untuk memulai (invitation to talk)
2.      Penerimaan/pengertian (acceptance/understanding)
3.      Perumusan pikiran-gagasan/refleksi pikiran (reflection of cantent)
4.      Perumusan perasaan/refleksi perasaan (reflection of feeling)
5.      Penjelasan pikiran-gagasan/refleksi perasaan (clarification of content)
6.      Penjelasan perasaan/klarifikasi perasaan (claritification of feeling)
7.      Permintaan untuk melanjutkan (general lead)
8.      Penglangan satu-dua kata (accent)
9.      Ringkasan /rangkuman (summary)
10.  Pernyataan mengenai hal tertentu (PHT, questioning/probing)
11.   Pemberian umpan balik (feedback)
12.  Pemberian informasi (information gving)
13.  Penyajian alternatif (forking response)
14.  Penyelidikan (investigation)
15.  Pemberian struktur (structuring)
16.  Interpretasi (interpretation)
17.  Konfriontasi (confrontation)
18.  Diagnosis
19.  Dukungan/bombongan (reassurance/support)
20.  Usul/saran (suggestion/advice)
21.  Penolakan (criticism)
Teknik-teknik ini harus digunakan dengan spontan dan luwes. Daftar perasaan yang bias diungkapkan oleh konseli :
1.      Perasaan senang
a.      Merasa bahagia
b.      Merasa bebas
c.       Merasa puas
d.      Merasa tenang
e.      Merasa tertarik
f.        Merasa sabar
g.      Merasa nikmat
h.      Merasa yakin
i.        Merasa kagum
j.        Merasa cinta
k.       Merasa lega
l.        Merasa pantas
m.    Merasa santai
n.      Merasa takjub
o.      Merasa damai
p.      Dan seterusnya.
2.      Perasaan tidak senang
a.      Merasa asing
b.      Merasa bingung
c.       Merasa takut
d.      Merasa cemas
e.      Merasa benci
f.        Merasa bosan
g.      Merasa cemburu
h.      Merasa sakit   hati
i.        Merasa kehilangan
j.        Merasa kesepian
k.       Merasa berat
l.        Merasa berdosa
m.    Merasa tegang
n.      Merasa terombang-ambing
o.      Merasa terpojok
p.      Dan seterusnya.
Teknik Konseling Nonverbal
Selain konseling verbal, konselor juga harus menguasai konseling nonverbal. Dengan menguasai teknik ini konselor dapat menangkap isyarat/pesan dari konseli yang tidak terungkap secara verbal. Teknik-teknik non verbak itu sebagai berikut :
1.      Anggukan kepala : Untuk menyatakan sependapat, setuju dengan yang di ungkapkan konseli.
2.      Senyum : Untuk menyatakan sikap menerima.
3.      Tatapan mata : Untuk menyatakan sikap tentang memperhatikan.
4.      Intonasi suara : Untuk menyatakan kesesuaian dengan konseli.
5.      Ekspresi muka : untuk mendukung reaksi-reaksi yang diunkapkan konseli.
6.      Diam : Untuk menyatakan/mempersilahkan konseli untuk terus melanjutkan penjelasan konseli.
7.      Gerakan tangan : Untuk memperkuat/mendukung apa yang diucapkan konselor.
8.      Gerakan bibir : Gerakan bibir harus dilakukan secara wajar jika konselor tidak berbicara karena gerakan bibir yang berlebihan membuat efek negative buat konseli.
9.      Pakaian : Pakaian konselor yang sangat mendukung dalam proses konseling.
10.  Jarak tempat duduk : Konselor harus tepat pengaturan duduk dengan konseli. Jarak tempat duduk ini, agar konseli merasa nyaman berkonseling.
Teknik-teknik ini sangat membantu dalam konseling. Alasannya yang mendasari kenapa teknik-teknik nonverbal sangat penting untuk dilakukan yaitu (leather, dalam rakhmad, 1991 : 287-189) :
1.      Factor nonverbal sangat menentukan makna komonikasi interpersonal
2.      Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relative bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
3.      Perasaan dan emosi sangat dicermati jika disampaikan dengan lewat pesan nonverbal daripada pesan verbal.
4.      Pesan nonverbal menyampaikan fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
5.      Pesan nonverbal merupakan cara berkomonikasi yang lebih evisien daripada pesan  verbal.
6.      Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.




BAB III
TEORI-TEORI KONSELING
Teori-teori konseling ini dipilih karena teori ini mudah dipraktekkan oleh guru, guru konselor, dan konselor sekolah tanpa perlu menempuh pendidikan khusus/latihan tertentu. berikut adalah beberapa teori yang relevan untuk mendukung konseling disekolah :
1.      Konseling berpusat klien (client-centered counseling)
2.      Konseling sifat dan factor (trait-factor counseling)      
3.      Konseling behavioristik (behavioristic counseling)
4.      Terapi emotif rasional (rational-emotive therapy [RET])
5.      Elektik
Konseling berpusat klien (client-centered counseling)
Menurut roger (hall dan gardner, 1993: 132) menyatakan 2 kontruksi penting yang ada dalam diri manusia, yakni organisme dan diri (self). Yang dimaksud dengan organisme adalah tempat dari seluruh pengalaman individu. Yang meliputi yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme pada setiap saat.bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu (kenyataan subyektif) dan bukan keadaan-keadaan perangsangnya (kenyataan luar). Medan fenomenal tidak identik dengan medan kesadaran. Kesadaran adalah perlambangan dari sebagian medan fenomenal. Jadi fonemenal itu terdiri dari pengalaman sadar (dilambangkan) dan tidak sadar (tidak dilambangkan). Dengan akibatnya orang cendrung memeriksa pengalaman-pengalaman yang dilambangkan dengan dunia sebagai mana adanya.  Dan yang dimaksud dengan diri (self) atau konsep diri merupakan gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri atas persepsi-persepsi tentang dari diri subjek atau diri objek, dan persepsi-persepsi tentang hubungan dengan diri subjek atau diri objek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini. Roger (corey, 1988:90) menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terorganisasi dan bergerak  kemuka sebagai yang berjuang berfungsi penuh.
Pendekatan yang berfungsi klien difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan konseli untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.  Dalam hal ini konseli harus menemukan tingkah laku yang pantas bagi dirinya.  Menurut winkell (1991: 339), konseli berpusat klien adalah corak konseling yang menekankan peran konseli sendiri dalam proses konseling. Corak konseli ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar tentang martabat manusia dan hakekat kehidupan manusia. Keyakinan-keyakinan tersebut bersifat filosofis dan sebagian lagi bersifat psikologis. Dalam proses konseling pengalaman nyata konseli dibiarkan muncul secara alamiah dan pengalaman yang diungkapkan tersebut merupakan hal yang harus disadari sehingga akan tampak/muncul dalam konsep dirinya. Konsep diri inilah yang diubah oleh konseli dalam selama konseling.
Konseling sifat dan factor  (trait-factor counseling)
Sifat (trait) adalah predisposisi secara sama kelompok stimulus yang mirip, suatu struktur neoropsikis yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen dan mulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif (allport, dalam alwison, 2004: 276). Alport menjelaskan ciri-ciri yang terpenting dalam sikap, yaitu
1.      Nyata : sifat bukan konsep absrak, tetapi objek nyata, yakni struktur neuropsikis.
2.      Membuat banyak stimulus berfungsi ekuivalen.
3.      Mengubah/membentuk tingkah laku.
4.      Empiris
5.      Kemandirian yang relative
Sifat yang dimiliki manusia melalui kerjasama antara aspek-aspek keturunan dengan aspek lingkungan belajar.
Winkell (1991: 347) menjelaskan bahwa sifat dan  factor adalah corak konseling yang menekankan pemahaman melalui pengujian psikologis dan penerapan dalam pemecahan masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut program studi, jurusan atau bidang pekerjaan. Sifat dan factor sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Williamson (winkell, 1991: 353) adalah sebuah proses dimana konseli dibantu untuk mengumpulkan data dan mengolah data tentang dirinya sendiri (data psikologis), data tentang lingkungan hidup, yang meliputi data dan fakta yang konkret tentang lingkungan keluarga, masyarakat, dan bidang study. Secara praktis, data dan fakta yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1.      Data tentang diri sendiri
2.      Data tentang keluarga dekat
3.      Data tentang lingkungan hidup
Pendekatan ini dapat digunakan pada kasus-kasus konseling yang mengandung unsure-unsur jabatan dan akademik dimana konseli harus menghadapi keharusan untuk memilih diantara beberapa alternative.
Konseling behavioristik
Behavioristik adalah pandangan ilmu tentang tingkah laku manusia. Setiap manusia dipandang memiliki kecendrungan-kecendrungan positif dan negative yang sama. Dan manusia pada dasarnya dibentuk dalam lingkuangan social dan budayanya. Perilaku diharapkan harus pada tujuan untuk  memperoleh perilaku baru, penghapusan tingkah laku maladaptive, dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
Konseli diminta untuk mengungkapkan dengan pernyataan-pernyataan yang konkret jenis-jenis tingkah laku masalah yang ingin diubahnya. Dalam proses konseling, tingkah laku yang salah dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya respon-respon yang layak dipelajari. Konseli harus berbuat le  bh dari pemahaman-pemahaman sebab dalam proses konseling konseli harus bersedia mengambil resiko. Keberhasilan dan kegagalan usaha-usaha menjalankan tingkah laku baru harus dilalui konseli. Winkell menjelaskan konseling behavioristik merupakan corak konseling yang diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli. Dalam perilaku itu di usahakan harus belajar(learning) atau belajar kembali (relearning), yang berlangsung selama proses konseling.
Beberapa teknik yang dikemukakan (corey, 1988) adalah sebagai berikut :
1.      Desensitisasi sitematik
2.      Terapi implosive
3.      Latihan asertif
4.      Terapi aversi
5.      Pengondisian operan
Terapi emotif rasional (rational emotive therapy [ret])
Terapi emotif rasional (rational emotive therapy [ret]) adalah aliran  yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir secara rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.  Menurut ellis “terapi emotof rasional menekankan bahwa manusia berpikir dan beremosi. “ketika beremosi mereka juga berpikir dan bertindak. Dan dalam memahami tingkah laku menolak, orang harus memahami bagaimana seseorang memahami bagaimana seseorang itu beremosi,berpikir, mempersepsikan, dan bertindak. Untuk memperbaiki pola-pola difungsional, seseorang idealnya harus menggunakan metode-metode perceptual-kognitif, emotif-evokatif, dan behavioristik reedukatif.
Menurut winkell adalah terapi emotif rasional adalah corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting)serta menekankan suatu perubahan berarti dalam cara berprasaan dan berperilaku. Dan menurut ellis “menandaskan bahwa karena manusia memiliki kesanggupan untuk berpikir, manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan menyabota sediri sendiri”.
Elektik
Konseling elektik, menurut thorne “bermaksud mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan konseli untuk berpikir benar dan tepat sehingga konseli menjadi  mahir dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya (problem solving). Menurut www.bkuny.blogspot.com/2008/06/teori-elektrik, pandangan pandangan ini disebut elektisme, yaitu padandangan yang berusaha menyelidiki berbagai system metode, teori atau doktrin, yang dimaksudkan untuk memahami dan menerapkan dalam situasi yang tepat.
Menurut eklektik, kebutuhan dasar konseli adalah mencapai level tertinggi dari integritasnya sepanjang waktu. Tujuan konseli menurut eklektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya, yang ditandai dengan adanya aktualisasi diri dan integritas yang memuaskan. Elektrik berfokus pada tingkah laku, tujuan, masalah, dan sebagainya. Dan dalam konseling eklektik peran konselor sangat fleksibel. Dan ada kemungkinan pada satu masalah konselor berperan sebagai psikoanalis dan pada masalah lain berperan sebagai partner klien. Konteks masalah yang dihadapi konseli tentu bermacam-macam. Untuk itu konselor harus peka tterhadap pendekatan yang harus digunakan untuk membantu masalah konseli.
Rangkuman dan contoh kasus
1.      Konseling berpusat klien
Digunakan untuk menangani konseli untuk menentukan pilihan-pilihan yang terkait dengan kehidupannya sehari-hari, tetapi tidak terkait dengan karir/jabatan tertentu, misalnya pilihan untuk tinggal dikost, pilihan agama, pilihan untuk tinggal dengan ayah tiri/ayah kandung, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam proses konseling, pendekatan ini dapat disebut wawancara pengambilan keputusan (dicision making interview[DMI])
2.      Konseling sifat dan factor
Digunakan untuk memahami masalah konseli terkait dengan pilihan-pilihan hidup yang berhubungan dengan  karir/jabatan, misalnya kebingungan memilih perguruan tinggi, SMA, jurusan, dan sebagainya.
3.      Konseling behavioristik
Digunakan untuk membantu masalah konseli yang terkait dengan prilaku-prilaku maladaptive, misalnya takut cicak, takut ketinggian, kolam renang, kepemimpinan, dan sebagainya.
4.      Terapi emotif rasional
Dapat digunakan untuk  membantu konseli yang berpandangan irasional (irrational belief), misalnya adalah ada virus dalam hidup, ia adalah anak-anak yang  tidak berguna, dan sebagainya.
5.      Eklektrik
Dugunakan untuk membantu knseli yang kurang bias menyelasaikan diri dengan tuntutan lingkungansekitar, misalnya tidak betah  tinggal dirumah, kurang nyaman dengan rumah  baru, dan sebagainya. Selanjutnya pendekatan ini disebut konseling penyesuaian diri (self-adjustment counseling)












BAB IV
LANGKAH-LANGKAH KERJA WAWANCARA
KONSELING
Langkah-langkah kerja/fase-fase konselor agar konseli dapat menyelesaikan permasalahnya dengan sistematis. Langkah-langkah konseling menurut para alhli : 
1.      Mears dan thorne (dalam Mcleod, 2008: 366) Membagi tiga proses konseling
a.      Fase awal : membantu konseli memenuhi dan menjernihkan suatu masalah
b.      Fase tengah : mengembangkan program untuk situasi yang konstruktif.
c.       Fase akhir : mengimplementasikan target
2.      Wiliamson (koestoer, 1984: 58)
a.      Analisis
b.      Sintesis
c.       Diagnosis
d.      Prognosis
e.      Tindakan lanjut
3.      Winkell (1991: 277)
a.      Fase pembukaan
b.      Fase penjelasan masalah
c.       Fase penggalian masalah
d.      Fase penyesuaian masalah
e.      Dase penutup
Jadi fase/langkah kerja dalam proses konseling dari penjelasan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan, yaitu :
1.      Hubungan awal
2.      Penjelasan masalah
3.      Penggalian masalah
4.      Hubungan akhir
5.      Tidak lanjut (follow up)
Hubungan awal
Hubungan awal diletakan pada dasar untuk membangun hubungan pribadi dan konseli yang nantinya menentukan proses wawancara konseling yang baik. Hal-hal yang dilakukan konselor dalam hubungan awal adalah sebagai berikut.
1.      Menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, senyum, dan bahasa-bahasa yang lembut.
2.      Mempersilahkan konseli duduk
3.      Knselor mengajak konseli dengan berbasa basi.
4.      Jika konseli dating karena dipanggil, konselor wajib menjelaskan alas an dipanggil.
5.      Konselor mempersilahkan konseli mengungkapkan masalahnya.
Penjelasan masalah
Konseli mengungkapkan hal yang ingin dibicarakan dengan konselor. Inisiatif berada dipihak konseli. Konseli bebas mengutarakan apa yang di ungkapkan. Sambil mendengarkan ungkapan masalah konseli, konselor mulai menentukan pendekatan yang tepat terhadapa masalah konseli tersebut.
Penggalian masalah
Dalam penjelasan masalah biasanya konseli hanya mengungkapkan hal-hal pokok yang menjadi beban pikiran dan prasaanya. Penggalian masalh ini dipakai untuk mengungkap lebih dalam masalah konseli. Penggalian ini tentunya akan disesuaikan dengan masalah dan pendekatan yang digunakan dalam konseling. Neburut winkell (1991: 339-370) beberapa strategi yang dilakukan dalam penggalian masalah terhadap masing-masing pendekatan adalah sebagai berikut :
1.      Behavioristik
2.      Konseling terappi emotif
3.      Wawancara pengambilan keputusan
4.      Konseling sifat dan factor
5.      Konseling wawancara unntuk penyesuaian diri
Penyelesaian masalah
Konselor akan membahas pilihan-pilihan yang akan dibuat oleh konseli. Konselor akan menuntun konseli agar semakin terbuka untuk mengambil keputusan terhadap masalahnya. Merut winkell adalah bebebrapa strategi yang bias digunakan untuk melakukan penggalian masalah pada masing-masing pendekatan ialah sebagai berikut :
1.      Behavioristik
Konselor menjelaskan sumber masalah dimasa lalunya dan mengajak  konseli untuk berperilaku yang baru  yang lebih realistic dengan menggali pengalaman-pengalaman positif dimasa lalunya.
2.      Konseling terappi emotif
3.      Wawancara pengambilan keputusan
4.      Konseling sifat dan factor
5.      Konseling wawancara unntuk penyesuaian diri
Hubungan akhir
 Jika konseli merasa mantap dengan keputusannyaselama konseling, pertemuan dapat diakhiri. Dan konselor memberikan ringkasan dari awal sampai konselor mendapat keputusannya.  Dan jika pertemuan itu dirasa belum selesai konselor dapat membuat janji lagi sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah disepakati bersama.
Tidank lanjut
Meskipun wawancara telah berakhir konselor wajib memantau konseli untuk melihat perkembangan yang sudah terjadi dalam dirinya. Kegiatan ini bias dilakukan terjadwal sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati. Hal-hal yang dilakukan adalah mengevaluasi keberhasilan konseli dalam melaksanakan alternative pilihan/keputusan yang telah disepakatinya.












                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar